![]() |
Add caption |
Suatu hal yang sudah diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin, demikian juga oleh sebagian besar non muslim, bahwa umat dan daulah Islam terdahulu adalah bangsa yang paling kuat dan mulia di belahan dunia, sekalipun mereka adalah penduduk minoritas di atas muka bumi ini. Hal ini berlangsung selama bertahun-tahun dalam waktu yang panjang, tanpa ada seorangpun yang menentang tentang hal ini. Adapun sekarang! Telah berubah menjadi negara-negara Islam yang kecil dan lemah, meski penduduknya mayoritas di atas muka bumi.
Apa yang Telah Terjadi? Mengapa Bisa Demikian?
Pertanyaan ini selalu berputar-putar dalam benak kaum muslimin. Dan setiap kelompok atau golongan mencoba untuk menjawab pertanyaan ini dengan caranya masing-masing, mencarikan jalan keluar untuk mengembalikan kejayaan dan kemuliaan kaum muslimin seperti dahulu, akan tetapi kebanyakan dari mereka tidak memahami faktor utama penyebab kelemahan, keterbelakangan, serta takluknya kaum muslimin di hadapan negara-negara barat. Mereka pun merancang program untuk memecahkan masalah ini kemudian berjalan di atasnya, dengan dugaan kejayaan kemuliaan dan kekuasaan kaum muslimin di abad-abad pertama akan terwujud dengan langkah yang mereka tetapkan.
Akan tetapi hal yang sebenarnya, mereka telah salah jalan, walaupun sebagian besar dari mereka melakukannya dengan ikhlas untuk memperbaiki keadaan kaum muslimin dalam mengembalikan kejayaan dan kemuliaan kaum muslimin seperti dahulu. Sebagian dari mereka menyangka bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah solusi pemecahannya.
Untuk menuju hal itu maka kaum muslimin harus mengumpulkan peralatan-peralatan canggih dan modern, pemuda-pemuda Islam harus meraih ijasah setinggi-tingginya. Maka setelah semua hal itu tercapai, kita akan menang dan orang-orang kafir-pun akan tunduk dan kita akan kembali jaya seperti sedia kala.
Hal ini bertentangan dengan apa yang di firmankan Allah subhanahu wa ta’ala :
“Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Alloh, bagi Rosul-Nya dan bagi orang-orang mukmin”
(QS: Al-Munafiqun: 8)
Faktor Utama Penyebab Kelemahan
Faktor-faktor penyebab kelemahan, ketertinggalan, dan berkuasanya musuh-musuh Islam atas kaum Muslimin, semuanya bersumber dari satu sebab atau satu faktor utama yang dari faktor inilah tumbuh faktor-faktor yang lainnya. Sebab atau faktor tersebut adalah jahil (tidak tahu) akan hakekat Allah dan ajaran syari’at Islam, serta tidak tahu-menahu akan kenyataan yang sedang dialami mayoritas umat Islam. Sehingga ilmu menjadi sedikit, sementara kebodohan kian merajalela.
Dari kejahilan inilah muncul berbagai dampak atau akibat lain, seperti:
·
Penyakit Wahn yakni Cinta dunia dan takut mati.
Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda :
“Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian seperti menyerbu makanan di atas piring. Berkata seseorang: Apakah karena sedikitnya kami waktu itu? Beliau bersabda: Bahkan kalian pada waktu itu banyak sekali, akan tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Alloh mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn. Seseorang bertanya: Wahai Rasulullah, apakah wahn itu? Beliau bersabda: Mencintai dunia dan takut mati”
. (Riwayat Abu Dawud no. 4297. Ahmad V/278. Abu Na’im dalam Al-Hilyah)
·
Lalai dengan kewajiban shalat dan menuruti hawa nafsu.
Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda ,
“Ada tiga perkara yang membinasakan yaitu hawa nafsu yang dituruti, kekikiran yang dipatuhi, dan seorang yang membanggakan dirinya sendiri.” (HR. Ath-Thabrani dan Anas)
·
Tidak memiliki persiapan untuk menghadapi musuh serta rela mengkonsumsi kebutuhan hidup dari musuh-musuh Islam.
· Tidak adanya semangat yang tinggi untuk memproduksi kebutuhan dan keperluan sendiri, dari negeri-negeri dan dengan harta kekayaan sendiri.
· Dari kejahilan ini juga muncul perpecahan dan perselisihan. Hilangnya kekompakan, persatuan, dan semangat untuk saling tolong-menolong.
Oleh karena itu, dari sebab-sebab yang berbahaya dan ulah-ulah mereka tersebut, tumbuhlah perasaan lemah tatkala menghadapi musuh, keterbelakangan, dan segala hal, kecuali dalam hal yang Allah berkehendak lain di dalamnya hal itu-, lantangnya mereka menuruti nafsu yang diharamkan, sibuk dengan urusan yang dapat menghalangi mereka dari jalan Allah dan petunjuk, tidak adanya persiapan menghadapi musuh, baik dari segi keahlian maupun segi persenjataan yang cukup, yang dapat menakut-nakuti musuh dan membantu umat Islam dalam bereperang, berjihad dan merebut kembali apa saja yang telah dirampas oleh musuh. Mereka pun tidak memiliki persiapan fisik untuk berjihad, tidak mempergunakan harta dengan selayaknya, yaitu mempersiapkan bekal ketika melawan musuh ataupun berjaga-jaga dari serangan jahat mereka, sebagai wujud pembelaan terhadap agama dan tanah air.
Dari penyakit tersebut, timbullah keserakahan untuk menguasai dunia dengan segala macam cara. Muncullah ketamakan untuk mengumpulkan kenikmatan isi dunia dengan berbagai usaha. Sehingga orang tidak lagi peduli terhadap diri sendiri dan dan segala hal yang berkaitan dengan negerinya, meskipun agama ini menjadi taruhannya.
Seperti inilah kondisi mayoritas umat Islam, keadaan inilah yang sekarang menjadi dominan di negara-negara Islam.
Bahkan kita bisa katakan bahwa: inilah sesungguhnya realita yang sebenarnya sedang terjadi. Yang ada sekarang hanyalah minim persiapan dan sedikit sikap kehati-hatian yang memang Allah kehendaki terjadi pada kaum muslimin.
Sebelum terjadi salah paham terhadap apa yang telah kami utarakan di atas, perlu kami jelaskan poin terpenting dalam tulisan ini, yaitu kita tidak mengatakan bahwa terbelakang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi lebih itu lebih baik, dan kita juga tidak mengatakan bahwa kita harus meninggalkan ilmu-ilmu dunia dan tidak mempelajarinya. Akan tetapi yang kita maksud adalah, telah salah orang yang mengatakan sebab kelemahan dan kekalahan kaum muslimin dikarenakan keterbelakangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kita katakan bahwa ilmu-ilmu yang berkaitan dengan teknologi itu kita perlukan dan kita butuhkan, akan tetapi lemahnya teknologi bukanlah penyebab kekalahan kita. Kebutuhan kita untuk kembali kepada agama Islam lebih besar dari pada kebutuhan kita kepada ilmuilmu dunia ini. Karena kembali kepada agama kita merupakan sebab utama yang dapat menghantarkan kita meraih kemenangan bifadlillah insyaa Alloh Ta’ala, seperti yang telah difirmankan oleh Alloh subhanahu wa ta’ala :
“ …dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Alloh…” (QS; Al-Anfaal:10)
Jika Demikian, Apa Solusinya ?
Yang jelas solusi yang terbaik adalah seperti apa yang Allah subhanahu wa ta’ala jelaskan dalam Al-Qur’an dan menurut apa yang telah Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam tauladankan kepada kita semua.
“Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS; Muhammad: 7)
Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda: “…Alloh timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan dicabut sampai kalian kembali kepada agama kalian”. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan Abu Dawud dan yang lainnya, dishohihkan oleh Al-Albany dalam Silsilah Hadist Shohih No. 11).
Kembali Kepada Islam Adalah Solusinya, akan Tetapi Bagaimana Caranya?
Kembali kepada agama Islam tidak akan bisa dan tidak mungkin terjadi kecuali melalui
perkara-perkara berikut ini:
Pertama: Berilmu, untuk menghilangkan kejahilan
Kita memahami agama Islam dengan pemahaman yang benar sesuai yang dipahami oleh Nabi kita shalallahu’alaihi wassalam, para sahabat Beliau (semoga Alloh ridho kepada mereka semua) dan para pendahulu kita yang sholih.
Adapun orang yang mengaku bahwa dia kembali kepada agama Islam di atas jalan kesesatan seperti Khawarij, atau Mu’tazilah dan madzhab-madzhab sesat lainnya, sesunguhnya dia belum kembali kepada agama ini, justru ia menuju kesesatan, wa ‘iyadzu billaah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
“dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Alloh kepadamu agar kamu bertakwa” (QS; Al-An’aam: 153).
Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda:
“Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya suatu kebaikan, niscaya (Allah) akan memahamkannya dalam masalah agama” (Muttafaqun ‘alaih)
Kedua : Beramal setelah berilmu.
Menerapkan Islam (yang telah dipahami dengan benar) dengan penerapan yang tepat, dan tidak mengingkarinya sedikitpun baik itu perkara yang kecil (menurut anggapan sebagian orang) atau perkara yang besar, hanya karena kita tidak mampu melakukan atau dengan kata yang lebih tepat kita tidak menginginkannya atau berat bagi kita untuk berpegang teguh dengan perkara ini atau itu.
Ketiga: Berdakwah
Kita menyeru dan mengamalkan agama ini dengan sebenar-benarnya, yaitu Islam yang telah kita pahami dan praktikan dengan betul. Dan sebesar-besar bentuk da’wah adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan (al-amru bil ma’ruf wa nahyu ‘anil munkar).
Rosulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda:
“Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, kalian benar-benar memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar atau Allah benarbenar akan menimpakan kepada kalian siksa kemudian kalian berdoa dan tidak dikabulkan” (Shohih Sunan Tirmidzi menurut Al-Albani No.1762).
Keempat: Sabar
Rosulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda:
“Jagalah Alloh, niscaya engkau akan senantiasa mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Alloh di waktu lapang niscaya Dia akan mengenalimu saat kesulitan, ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidak akan pernah menimpamu dan apa yang telah ditetapkan menimpamu tidak akan pernah luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu selalu mengiringi kesabaran, jalan keluar selalu mengiringi cobaan dan kemudahan itu selalu mengiringi kesusahan.” (HR.Tirmidzi)
Ambillah hikmah dari Perang Badr, dan peperangan lainnya.
Bahwa pertolongan Allah hanya akan diberikan kepada orang-orang yang benar-benar mantap kepada tingkat ketaatan terhadap Allah dan Rasul-Nya yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kemudian bermutaba’ah atau mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah tanpa menyimpang dari ajaran beliau.
Inilah jalan yang bisa kita tempuh untuk menghilangkan kekalahan yang menimpa kita dan umat kita, serta membebaskan tanah-tanah kita yang terampas. Karena kitalah yang berhak mendapat kemenangan dari Allah (dengan keutamaan-Nya dan kemuliaan-Nya) dengan sebab kembalinya kita kepada agama kita dan pertolongan kita kepada Alloh. Dan setelahnya, jika kita mampu untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih dari yang dimiliki Eropa dan Amerika maka tidak ada masalah, bahkan ini merupakan hal yang diharapkan. Wallaahu A’lam.
0 komentar:
Posting Komentar